Musika Foresta On The Go Surabaya: Harmoni untuk Hutan Indonesia

Dipublikasikan oleh admin pada

Musika Foresta Surabaya
Buka Kolaborasi dan Ciptakan Harmoni
untuk Hutan Indonesia

Oleh: Khaulah Quraa dan Mohammad Naufal

Menyusul suksesnya konser Musika Foresta di Balai Sabrini Jakarta pada tanggal 13 Mei 2017 silam, Hutan Itu Indonesia (HII), melalui program Youth4Youth, menyelenggarakan Musika Foresta On The Go di empat kota, yaitu Palangka Raya, Surabaya, Medan, dan Ambon. Setelah Youth4Youth Palangka Raya sukses mengadakan Musika Foresta On The Go pada tanggal 30 November 2017, kali ini giliran Youth4Youth Surabaya mengadakan acara Musika Foresta On The Go pada tanggal 8 Desember 2017, baru lalu.
Acara yang berlangsung di Vitul Hall L2, BG Juntion Mall, ini dihadiri kurang lebih oleh 128 peserta dari 38 komunitas yang berbasis di Surabaya sekitarnya. Dengan mengusung tema “Cipta Harmoni untuk Hutan Indonesia”, acara ini berhasil membuat orang muda Surabaya tergerak untuk berkolaborasi dalam kampanye positif menjaga hutan Indonesia secara kreatif. Musika Foresta On The Go terbagi dalam tiga sesi: sesi perkenalan dengan Youth4Youth Surabaya dan penampilan dari Arley Band, sesi diskusi interaktif dengan Verena Puspawardani (Verena), perwakilan HII; Achi Hardjakusumah (Achi), musisi pendukung Musika Foresta; Sony Mohson (Sony), pegiat Mangrove Surabaya dari Komunitas Tani Mangrove Wonorejo; dan Mochamad Zamroni (Roni), Tunas Hijau
Indonesia; dan sesi penutup dengan penampilan dari Asido Manulang menyanyikan lagu ciptaan Achi Hardjakusumah, “Sebelum Tenggelam”, hasil karya ciptanya pasca perjalanan bersama HII selama lima hari ke Hutan Kemenyan di Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

 

Yang menarik dari para peserta adalah mereka tidak hanya datang dari kalangan pecinta lingkungan saja, namun juga dari perwakilan sekolah dan kampus di Surabaya, komunitas yang fokus pada isu sosial, dan komunitas hobi, antara lain: Green Generation Surabaya, Nisco Surabaya, Koalisi Pemuda Hijau Surabaya (KOPHI), Earth Hour Surabaya, Ecosongo SMAN 9 Surabaya, Pecinta Alam SMAN 15 Surabaya, Tunas Hijau SMAN 11 Surabaya, Gasnapala SMAN 16 Surabaya, Sggs SMAN 16 Surabaya, Sebung, Kampung Dolanan, Save Street Children Surabaya, ITL UNAIR, KPPL ITS, PLH SIKLUS ITS, Tekling ITS, Tekling UPN, Tekling UINSA, IMTLI, Suroboyo Cycling Institute, Gerakan Melukis Harapan, Kelas Inspirasi, 1000 Guru, FKMB Suramadu, Mapala Stikom, HMJ BIO, Eco Campus FMIPA, Himapala UNESA, MAPALSA, MAPALA PAWITRA, MAPALAWIPA, MAPAUS, MAPALAS, MAPALA PAWITRA, MAPALAWIPA, PRIPALA, WANALA, dan Ikahimbi wilayah kerja V Jawa 3.


Cuaca yang berubah cepat, dari panas menjadi hujan sempat membuat kecut. Namun, ruangan makin penuh setelah hujan mereka pasca sore tenggelam. Peserta yang hadir sejak sore disambut hangat dengan pemutaran video HII dan serial perjalanan lima hari Achi ke dalam Hutan Kemenyan. Mereka dengan asyik menyantap kudapan lokal lebih ramah lingkungan sambil memperhatikan video-video tersebut. Ada lemper bakar, nagasari, dan buah-buah lokal, seperti pepaya, semangka, dan melon. Semuanya disajikan dalam alas daun pisang. Peserta juga dapat menikmati minum dengan mengisi botol yang mereka bawa dengan air putih, atau teh dan kopi panas.
Achi adalah sosok representatif dari orang muda masa kini Surabaya juga, yang mungkin belum pernah masuk hutan dan akan mengalami pengalaman unik, seru, sekaligus mengharukan selama perjalanan. Harapan Achi, lewat lagu “Sebelum Terbenam” yang dinamis, bersemangat, dan mengandung unsur suara-suara hutan ini, orang muda diingatkan untuk turut menjaga hutan karena hutan makin sedikit. Kata-kata, “Dapatkah kau jaga, tanahku, daunku. Selamanya kau jaga, nafasku, jantungku.” Karena hutan adalah jantungnya Bumi. Saat dikonfirmasi pada kesempatan tanya jawab, Achi merasa kearifan lokal petani kemenyan di Hutan Kemenyan membuatnya
terharu, karena mereka selalu berdoa sebelum melakukan pembibitan, perawatan, atau pemanenan hasil hutan. Jadi kita harus bersungguh-sungguh merawat hutan Indonesia seperti mereka karena sadar bahwa banyak manfaat yang mereka dapat dari hutan dan mereka berharap budaya ini dapat diteruskan hingga ke generasi-generasi berikutnya.


Setelah sesi pertama berakhir, diskusi interaktif dipimpin dengan seru oleh Ririn dari Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI). Ada banyak pertanyaan datang dari para peserta terutama kepada narasumber dari HII dan narasumber dari Komunitas Mangrove. Sebelumnya Verena dari HII menjelaskan awal mula berdiri dan semangat yang diusung oleh HII hingga ke program kolaborasi dengan musisi Indonesia di Musika Foresta. Bahasa universal yang disampaikan oleh musik diharapkan mampu membawa pesan positif menjaga hutan kepada masyarakat Indonesia. Termasuk juga menjelaskan maksud dari Petisi Jaga Hutan kerja sama dengan change.org yang telah diisi oleh para peserta.
Diundangnya narasumber seperti Pak Sony dari Komunitas Tani Mangrove Wonorejo sebenarnya memperkuat pesan kampanye positif yang selama ini diusung oleh HII. Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia memiliki kekayaan hutan Mangrove yang cukup besar karena letaknya di pesisir pantai. Potensi ini berhasil dikelola oleh Komunitas Tani Mangrove Wonorejo melalui pemberdayaan petani Mangrove, ekowisata Mangrove, hingga pengolahan produk dari hasil hutan Mangrove menjadi sirop, permen, hingga obat batuk. Memang petani ini juga mendorong penanaman Mangrove, namun mereka lebih memilih untuk menjaga hutan Mangrove yang ada supaya tidak habis. Upaya ini tidak hanya berdampak pada kelestarian hutan Mangrove tetapi juga mengangkat ekonomi petani.
Penjelasan Pak Sony disusul oleh Pak Roni dari Tunas Hijau Indonesia. Organisasi yang berbasis di Surabaya ini mengusung gerakan peduli lingkungan hidup untuk sekolah-sekolah bernama Surabaya Eco School. Tahun 2017 ini sudah menginjak tahun ketujuh dan diikui oleh lebih dari 400an SMP dan SD, negeri dan swasta. Sekolah-sekolah yang tergabung dalam gerakan ini diajak ntuk mempraktekkan hal-hal sederhana yang dapat turut melestarikan lingkungan secara berkelanjutan, seperti mengurangi dan memilah sampah, menanam apotik hidup dan pohon pelindung sekolah, dan membangun lubang resapan biopori. Tantangan yang mereka hadapi akan terus ditingkatkan setiap minggu agar dapat memperoleh individu terbaik dan sekolah terbaik di akhir program. Tim lingkungan hidup yang ada di sekolah tidak hanya terdiri atas siswa dan guru, melainkan melibatkan kepala sekolah, orang tua siswa, atau komite sekolah, petugas kantin, hingga karyawan sekolah. Upaya menyampaikan pesan positif dari HII di Surabaya akan sangat strategis bila juga menyasar sekolah-sekolah bersama dengan Tunas Muda Indonesia. Mereka juga memiliki kawasan binaan sebanyak 13 hutan kota dan 36 hutan sekolah.

Sukses melalui sesi diskusi interaktif, para peserta dikejutkan dengan pengumuman kontes photo on the spot untuk tiga akun terbaik yang telah mempromosikan upaya menjaga hutan dan Musika Foresta on The Go Surabaya dan menyertakan akun @youth4youth_surabaya. Malam yang seru ini kemudian ditutup dengan penampilan pemain biola kenamaan Indonesia, Achi Hardjakusumah bersama Asido Manulang dengan lagu “Sebelum Terbenam”. “Saya memilih Asido untuk menyanyikan lagu ciptaan saya ini karena dia bisa membawa hawa semangat menjaga hutan pada lagu yang dia nyanyikan meskipun ritme lagunya pelan,” ungkap Achi.
Pesan positif tentang kekayaan hutan Indonesia tak hanya berhenti sampai berakhirnya Musika Foresta on The Go Surabaya. Youth4Youth Surabaya berkolaborasi dengan radio lokal, yakni Rosco Radio 90.6 FM dan Radio Suara Akbar Surabaya untuk menyiarkan gerakan HII, Musika Foresta, dan Youth4Youth Surabaya. Ke depannya, kolaborasi ini juga akan makin meluas, tidak hanya di Surabaya, tapi juga kota-kota penyangga lain di Jawa Timur.
Untuk informasi lebih lanjut soal Youth4Youth Surabaya, bisa langsung ke akun media sosial mereka:
1. Twitter : @Youth4Youth_Sby
2. Facebook : Youth4Youth_Surabaya
3. Instagram : @Youth4Youth_Surabaya


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *