2nd Youth Camp Badan Restorasi Gambut: “Keseruan Berkemah di Alam Gambut Tropis”
Kalimantan memang terkenal dengan hutannya Indonesia, memiliki delapan taman nasional yang tersebar di setiap wilayahnya, yakni Betung Kerihun, Bukit Baka Bukit Raya, Danau Sentarum, Gunung Palung, Kayan Mentarang, Kutai, Tanjung Puting, dan Sebangau. Pada 15-18 November 2019 lalu, tim Hutan Itu Indonesia berangkat menuju Palangkaraya untuk menghadiri 2nd Youth Camp “Keseruan Berkemah di Alam Gambut Tropis” yang diadakan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah.
Kegiatan ini diikuti oleh 20 orang peserta yang berdomisili di luar Provinsi Target Restorasi Gambut, 5 orang peserta berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah, dan 7 orang peserta berasal dari Fasilitator/Pendamping Desa Peduli Gambut BRG. “Youth camp ini bertujuan untuk memperkenalkan ekosistem gambut tropis, menyosialisasikan program restorasi gambut dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya kepada generasi millennial Indonesia, serta membangun jejaring komunikasi antar generasi millennial peduli gambut, kata Nazir Foead selaku Kepala Badan Restorasi Gambut pada pidato pembukaan kegiatan youth camp.
Selama empat hari acara, dilakukan diskusi mengenai ekosistem gambut bersama Ketua Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRG, Ketua Subkelompok Kerja Kalimantan Tengah, dan Kepala Taman Nasional Sebangau. Peserta diberi kesempatan bertanya dan mengenal usaha restorasi gambut oleh BRG. Selain itu, dilakukan eksplorasi alam di Taman Nasional Sebangau untuk mengenal ekosistem gambut tropis. Selama perjalanan, dijumpai berbagai flora dan fauna, seperti orangutan Kalimantan, kera ekor panjang, dan beragam jenis ikan di air gambut.
Taman nasional yang terbilang masih baru dicanangkan pada tahun 2004 melalui Surat Keputusan Nomor. SK.423/Menhut-II/2004 ini memiliki keunikan karena merupakan ekosistem rawa gambut. Gambut ini merupakan sisa-sisa tanaman atau pelapukan bahan organik sejak ribuan tahun yang lalu yang selalu tergenang dalam jangka waktu yang sangat lama. Maka dari itu seringkali gambut diasosiasikan sebagai lahan yang basah. Akumulasi inilah yang mengakibatkan airnya berwarna kehitaman namun menyegarkan, sehingga sering juga disebut sebagai ekosistem air hitam.
Tanpa disadari, inilah yang menjadi eksotisme Taman Nasional Sebangau. Mengelola ekowisata berarti turut serta menjaga hutan gambut Sebangau. Jika hutan bagus, tentunya wisatawan akan banyak berkunjung, kemudian pendapatan masyarakat pasti meningkat. Pun sebaliknya, bila hutan rusak, dengan sendirinya pendapatan masyarakat ikut menurun. Mari kita jaga ekosistem demi kehidupan yang lebih baik. (Uty)
Editor : Shabrina
0 Komentar